Rabu, 13 Juni 2012

Logitech M600, "Si Tikus" Tanpa Tombol


KOMPAS.com - Tak ingin ketinggalan trend perangkat input, Logitech segera menyusul Apple dan Microsoft yang telah lebih dahulu merilis mouse dengan teknologi touch surface, yaitu M600 Touch Mouse. Seperti apa mouse nirkabel futuristik hasil racikan Logitech ini? Ikuti pembahasan berikut.
Desain

Rancang bangun Logitech M600 Touch Mouse didesain sedemikian rupa sehingga seolah-olah mouse ini tampak seperti tidak memiliki tombol fisik. Pada kenyataannya, terdapat tombol klik kiri dan kanan yang tersembunyi di bawah permukaan bagian atas M600 Touch Mouse.

Oleh Logitech, tombol klik kiri dan kanan tersebut dijadikan menyatu dengan badan mouse. Scroll  wheel ditiadakan karena fungsinya diganti dengan permukaan mouse yang bisa mendeteksi gerakan jari seperti pada touchpad notebook. Alhasil, M600 Touch Mouse tampil minimalis dan modern, nyaris tanpa tombol sama sekali. 

Punggung M600 Touch Screen dibuat dari bahan plastik glossy yang berwarna hitam mengkilap, disertai tambahan pola di bagian pinggir. Bagian tengah mouse terbuat dari bahan yang sama, tetapi berwarna  abu-abu.

Sebuah logo "Logitech" yang terpampang di bagian belakang sedikit membuka kedok M600 sebagai  perangkat input. Tanpa logo itu, mungkin tidak sedikit orang yang akan dibuat kebingungan dengan mouse wireless yang memiliki penampilan tidak lazim ini.

Fitur

Fungsi utama yang menjadi andalan dari Logitech M600 Touch Mouse adalah navigasi dengan memakai jari. Permukaan mouse yang sensitif terhadap sentuhan dijadikan sebagai pengganti scroll wheel serta tombol back/ forward yang biasanya diletakkan di bagian samping.

Pengguna cukup menyapukan jari ke atas-bawah untuk melakukan scrolling di laman situs internet maupun dokumen, atau ke arah kiri-kanan untuk memberi perintah "back" dan "forward". Konsep ini terdengar menarik karena permukaan tubuh mouse bisa menggantikan scroll wheel dan dua tombol fisik sekaligus.

Logitech M600 Touch Mouse datang tanpa software, tetapi Anda bisa mengunduh aplikasi Logitech Flow Scroll dan Set Point dari website produsen yang bersangkutan. Flow Scroll membuat gerakan scrolling di situs  internet menjadi lebih mulus, tidak terpatah-patah seperti jika menggunakan scroll wheel mouse pada umumnya. Software ini mendukung browser populer Google Chrome, Mozilla Firefox, dan Opera.

Kecepatan scrolling pun bisa diatur sesuai dengan kecepatan gerak jari di permukaan mouse. Untuk melakukan scrolling halus, gerakkan jari secara perlahan. Untuk langsung menuju bagian atas atau bawah laman situs,  sapukan jari dengan cepat.


Software Set Point digunakan untuk mengatur beberapa parameter yang berhubungan dengan penggunaan mouse,  seperti pengaturan kecepatan gerak pointer dan update software. Sebuah indikator kapasitas baterai turut disediakan untuk mempermudah pengguna dalam memantau kondisi baterai.  

Kesimpulan
Logitech M600 Touch Mouse mengusung konsep baru dalam bernavigasi menggunakan mouse. Sayang, implementasinya masih terasa belum mantap karena hanya menyediakan fungsi terbatas.Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mouse yang dibanderol seharga 69.99 dollar AS atau sekitar 640 ribu rupiah ini hanya bisa bekerja optimal di sistem  operasi Windows 7.
 

Selasa, 12 Juni 2012

Chip Mungkinkan Transfer Daya Baterai Antar Ponsel

KOMPAS.com - Kehabisan baterai ponsel kerap membuat repot, apalagi bila hal tersebut terjadi di tengah-tengah perjalananan di mana tidak terdapat colokan listrik untuk menancapkan adaptor.
Sebuah perusahaan Taiwan coba menawarkan solusi praktis atas masalah itu dengan membuat teknologi yang memungkinkan baterai ponsel bisa diisi langsung oleh ponsel lain tanpa harus memakai kabel.

Pada pameran Computex 2012 di Taipei yang berlangsung minggu lalu, Winstream, perusahaan pencipta teknologi tersebut, mendemonstrasikan kemampuan "wireless charging" dua arah ini dengan memakai  sepasang iPhone yang dilengkapi baterai eksternal.

Punggung kedua iPhone saling ditempelkan. Lalu, setelah mengubah setting pada baterai eksternal,  salah satu iPhone memberikan daya yang tersimpan di dalam baterainya untuk mengisi baterai iPhone lain yang menempel di belakangnya.

Rahasia di balik teknologi ini adalah sebuah chip sebesar lensa kontak yang mengatur regulasi dan  aliran daya dari dua baterai perangkat tersebut. Harganya 4 dollar AS atau sekitar 37 ribu rupiah per buah.

Menurut Winstream, chip tersebut akan diproduksi massal mulai bulan September. Direktur Penjualan Winstream Kevin Chi mengatakan bahwa perusahaannya sedang terlibat pembicaraan dengan sejumlah vendor mobile besar perihal penggunaan chip tersebut di perangkat mereka.

Chi menambahkan, implementasi chip ini tidak terbatas pada telepon genggam saja. Perangkat yang lebih besar seperti laptop pun bisa dipakai untuk mengisi baterai ponsel dengan wireless charging.

Kecoa Jadi Inspirasi Robot Heksapedal

Apa yang terjadi jika Anda berlari sekencang mungkin untuk menghindar dari musuh namun akhirnya justru tiba di pinggiran jurang? Anda pasti bingung menentukan langkah.

Tak demikian halnya dengan kecoa. Saat kecoa ada di ujung permukaan tipis, misal berupa tripleks, mereka akan terus maju. Mereka akan menggunakan kaki paling belakang untuk mengaitkan tubuh pada tepian permukaan. Selanjutnya, mereka bersembunyi di bawah permukaan itu.

Perilaku kecoa tersebut ditemukan oleh Jean-Michel Mongeau dan rekannya dari University of California di Berkeley. Mongeau menjumpai perilaku tersebut saat melihat kecoa menggunakan antena untuk memperkirakan jarak sebuah gap antar permukaan.

Mongeau, seperti dikutip New Scientist, Jumat (8/6/2012), mengatakan, "Saat kita memperlebar gap itu, kecoa akan bergerak di bawah permukaan. Dengan mata telanjang, kita takkan menyadarinya.
Tapi, jika kita merekam dengan kamera high-speed dan memutarnya lambat, kita akan kagum dengan cara kecoa menggunakan kaki belakangnya untuk bertahan di permukaan, memungkinkannya mengayunkan kaki di pinggiran yang sempit."

Perilaku dan karakteristik kecoa ini kemudian menginspirasi Mengeau dan tim, yang sejatinya adalah peneliti biofisika, heksapodal. Robot tersebut diharapkan bisa bergerak seperti kecoa, memungkinkannya sebagai robot mumpuni untuk kegunaan penyelamatan.

Robert Full, anggota tim lain, mengatakan, "Itu adalah tantangan kita sekarang dalam robotik, untuk memproduksi robot yang bisa melakukan transisi di permukaan yang kompleks dan beroperasi di area yang berbahaya yang tak bisa dijangkau manusia."